Sobat 90's, adakah yang masih ingat dengan film kolosal berikut ini, Saur sepuh, Tutur tinular, Mahkota Mayangkara, Babad Tanah Leluhur, Misteri Gunung Merapi, Nini Pelet ? Bagi yang terlahir paling tidak sebelum tahun 87 akhir mungkin pernah mengikuti atau paling tidak mendengar tentang cerita tersebut di masa kecil, entah melihat film-nya di televisi, acara hiburan masal layar tancep, atau dari sandiwara radionya. Kalau saya sih pernah ketiga-tiganya terutama di layar tancep, meski sekarang lupa-lupa ingat. Dan kalau dibandingkan, mendengarkan sandiwara radio lebih menegangkan dibanding melihat film-nya…masih ingat saya bagaimana suara si nini pelet atau mak lampir itu..hi.hi..hi..hi..!
dan inilah reviw singkat beerapa film/ sandiwara radio tersebut yang saya ambil dari bebrapa sumber, sekedar untuk bernostalgila dan mengingat betapa sebenarnya film2 jadul itu (menurut saya) tak kalah asik dibanding film2 sekarang.
Saur Sepuh : adalah sebuah sandiwara yang disiarkan melalui media radio pada tahun 1980-an di Indonesia. Saur Sepuh mengambil latar pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit di nusantara. Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita.
Ceritanya berpusat pada Brama Kumbara, seorang pewaris tahta kerajaan Madangkara yang pada awal kisah diceritakan tengah dijajah oleh kerajaan Kuntala. Setelah kemudian Brama berhasil menumbangkan kekuasaan Kuntala dan memulihkan kedaulatan Madangkara, kisah berlanjut dengan permusuhan antara Brama dengan Gardika yang ingin mengembalikan kekuasaan Kuntala.
Tokoh lain yang cukup menonjol adalah adik Brama bernama Mantili (favorit saya nih) yang mempunyai sepasang senjata ampuh yaitu Pedang Setan dan Pedang Perak. Selanjutnya ada tokoh antagonis , yaitu seorang pendekar wanita bernama Lasmini. Tokoh-tokoh lainnya Raden Bentar, Harnum, Patih Gutawa, Dewi Anjani, Kijara, Lugina dan lain-lain.
Tutur Tinular : merupakan sandiwara radio yang kemudian diangkat juga ke layar lebar. Cerita ini mengisahkan tentangArya Dwipangga seorang pemuda yang senang olah sastra, adiknya Arya Kamandanu senang belajar silat. Pacar Kamandanu direbut oleh Dwipangga (Nari ratih kalo gak salah namanya).
Sementara dari daratan Tiongkok sepasang pelarian melarikan diri dan dikejar oleh prajurit Mongol hingga terdampar ke tanah jawa. Adalah Mei Shin dan Pendekar Lou yang membawa Pedang Naga Puspa yang menjadi rebutan di dunia persilatan. Akhirnya setelah Lou meninggal, Mei Shin menyerahkan pedang itu kepada Kamandanu, sedang dia sendiri belajar menjadi tabib.
Tokoh lain yang cukup menonjol adalah Sakawuni istri Kamandanu, Mpu Ranu Baya, Nini Raragunting, Mpu Tong Bajil, Dewi Sambi, Panji Ketawang, Ayu wandira
Nini Pelet : Masih ingat gak dengan ajian jaran goyang? Yups.. itulah ajian pamungkas nini pelat untuk memikat lelaki. Nini pelet sering disiarkan di radio-radio di awal era 90an seiring sedang boomingnya dunia hiburan On air tanah air.
Misteri Nini Pelet mengambil setting Kesultanan Cirebon abad XVI. Kala itu penduduk desa Linggarjati dan Plered dihantui oleh makhluk berujud ular berkepala manusia. Ular ini konon adalah jelmaan Nini Pelet, wanita cantik namun berhati kejam, tokoh ilmu hitam yang telah mati 200 tahun silam. Ia bisa menjadi manusia kembali jika berhasil menghisap darah gadis seusianya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, Nini Pelet menitis pada murid yang juga anak angkatnya bernama Dewi Sumbi .
Babad Tanah Leluhur : Kembali mengingatkan kepada pembaca semua akan serial sandiwara radio yang pernah populer di awal tahun 90an.
Babad tanah leluhur mengambil setting dari kerajaan Karangsedana di tanah Pasundan yang di gulingkan oleh Dandung Amuksa dan kawan-kawan. Adalah Raden Purbaya sebagai putra mahkota yang hidupnya kemudian terusir dari istana dan di dampingi oleh dayang Cempaka. Kelak Dayang Cempaka diambil istri oleh raden Purbaya.
Musuh bebuyutan dari Resi Wanayasa adalah Jerangkong Hidup dengan ajiannya kelelawar sakti. Jerangkong hidup sosok kurus kering seperti jerangkong yang kejam, akan tetapi pada kenyataannya di film Babad Tanah Leluhur Jerangkong hidup bukanlah jerangkong yang kurus akan tetapi sedikit gemuk. Wah jadi lucu aja gak seru. dan tidak semenakutkan di sandiwara radio. Film Babad tanah leluhur mencoba mengikuti kesuksesan film Saur sepuh yang lebih dahulu di buat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.