Kebisaan Aloysius Riyanto kelahiran 23 November 1943. Seandainya mas Kelik, sapaan akrab A. Riyanto masih sehat wal afiat.Kini berusia 65 tahun. Ia dibesarkan dari keluarga pemusik, turun temurun. Ayahnya Daldjono ,yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Dal adalah seorang komposer .Tepatnya pencipta lagu anak-anak mashur. Ingat gak dengan lagu "Bintang Kecil" atau "Peramah dan Sopan" ? Nah, itu lah beberapa lagu karya pak Dal, ayah A. Riyanto.
Sejak kecil, pak Dal memupuk A. Riyanto di kancah musik antara lain diberi bekal kursus piano klasik. Duduk di bangku SMA, A.Riyanto mulai bergabung dalam band bernama Homen. Seusai SMA, Kelik remaja berpindah ke Bandung dan kuliah di Fakultas Teknik Universitas Parahyangan Bandung. Hanya bertahan di Tingkat III. Ternyata dunia musik tak henti henti memanggil nurani dan nalurinya. Berbagai band pun dimasukinya, mulai dari Remitta yang kemudian mengganti nama menjadi Tourista Nada, di Band ini A. Riyanto bertahan 3 tahun, lumayan lama. Di tahun 1966, pada saat Orde Baru mulai merekah, A. Riyanto memulai debut sebagai seorang komposer, lagu ciptaannya "Teringat Selalu" berhasil mengemuka lewat suara Tetty Kadi, sepupunya.
Ditahun 1968, A. Riyanto yang terampil bermain piano dan keyboards bergabung dalam kelompok sohor saat itu Zaenal Combo yang dipimpin Zaenal Arifin. Sesungguhnya bergabung dengan Zaenal Combo justru merupakan batu loncatan baginya untuk membuat band yang kemudian menjadi band "tuan rumah" di perusahaan rekaman raksasa milik Eugenev Timothy Remaco.Nama bandnya adalah Empat Nada. Band inilah yang ditugaskan menjadi pengiring resmi setiap artis yang dikontrak oleh Remaco. Personilnya adalah A. Riyanto (keyboard), M.Sani (drums),Eddy Syam (gitar) dan Nana (bass). Saat itu A. Riyanto sudah masuk daftar komposer kreatif yang produktif. Hingga tahun 1972 A. Riyanto mengaku telah menulis 300 lagu. Bayangkan? Namun entah kenapa pada Oktober 1972, A. Riyanto mundur dari Empat Nada. Tapi Kelik justeru telah siap dengan band baru bernama Favourite's Group bersama Is Haryanto (drum), Mus Mulyadi (vokal), Harry Santoso (gitar) dan Tommy WS (bass). Band ini tak hanya sekedar band pengiring, tapi siap berkompetisi dengan band-band yang telah duluan meraup sukses di belantara musik pop saat itu,seperti Koes Plus, Panbers, The Mercy's, D'Lloyd dan banyak lagi.
"Favourite's Group tidak berangkat dari nol, karena masing-masing pemain sudah punya modal", kata Rijanto seperti yang ditulis majalah Tempo edisi Februari 1972.
Saat itu ditengah derasnya arus kreativitas A. Riyanto.Ia dituding melakukan penjiplakan maupun pencomotan atas karya-karya musisi mancanegara. Lantas terhadap beberapa buah lagunya yang dikatakan Mus Mualim sebagai penterjemahan harmoni, dibuatnya istilah baru. Ia memang belum pernah sampai pada tingkat menggubah. Apa yang dilakukannya adalah 'menafsirkan'. Ia sikut satu bagian dari lagu Barat, selanjutnya ia tafsirkan sendiri menurut dia punya mau, sehingga akhirnya lain. Tetapi dengan begini paling tidak
ia sudah mengakui pula tidak selamanya mencoba mencari orisinalitas. Ingin juga kita tahu, seperti Mus, apa dia sudah terkuras atau terlalu ingin mencari uang lebih banyak ? Demikian, seperti yang dikutip oleh majalah mingguan Tempo edisi 1973 silam.
Bagi A. Riyanto ciri satu grup ditentukan oleh lagu, musik dan penyanyi dengan perbandingan 2: 2: 6."Karena itu bila misalnya Titiek Puspa menyanyi pada Favourite's Group dengan lagu dan musik kami, maka hanya 40% dari kekhasan kami yang tampak", katanya Mengenai soal suara ini, ia berpendapat bahwa sampai sekarang grupnya sudah punya. Ada kemungkinan dimasa datang ia akan mencoba menggabungkan suara Harry Santoso dan Is Haryanto, yang belum Inendapat kesempatan sampai saat ini. Erat dengan soal ciri ini ia menyimpulkan perbedaan grupnya dengan Koes Plus, yakni dari segi aransemen musik dan warna suara. Tapi ia toh tak menutupi kenyataan bahwa sering keduanya meneguk ilham dari sumber yang sama, seperti dari lagu Long of Jov misalnya. Dalam edisi ketiga nanti, tak banyak kemajuan Favourite's dari segi warna suara. Aransemennya memang boleh dipuji, sedang lagu yang bernama Teratai Putih punya nafas sama dengan lagu Mawar Berduri, mengarah pada lagu seriosa, tetapi tidak kehilangan unsur pop. Rijanto sendiri akan terus menyanyi dengan cengengnya pada beberapa lagu, terutama yang bernama Kasih Sayang dan
Kisah Bunga di Bulan April.
Kiprah A. Riyanto di tahun 70-an terlihat dengan begitu banyaknya artis penyanyi yang membawakan lagu-lagu karyanya dengan sukses. Dia adalah hitmaker bagi Broery Marantika, Tetty Kadi, Mus Mulyadi, Titiek Sandhora, Bimbo, Emillia Contessa, Hetty Koes Endang, Andi Meriem Mattalatta, Rafika Duri, Harvey Malaiholo dan sederet penyanyi lainnya.
Lagu lagu seperti "Mimpi Sedih", "Angin Malam", "Layu Sebelum Berkembang", "Mawar Berduri" , "Permata Hati", "Setangkai Anggrek Bulan", "Kemuning", "Hanya Untukmu" menjadi lagu-lagu abadi dalam pelataran musik pop Indonesia.
Di tahun 80-an,A.Riyanto malah banyak menemukan bibit baru dalam kancah musik pop antara lain Atiek CB, Jamal Mirdad, Johan Untung, Endang S.Taurina, Ratih Purwasih, Maharani Kahar dan yang lainnya. Lagu "Hati Selembut Salju" yang dinyanyikan Jamal Mirdad menjadi lagu pop tersukses di era 80-an. A.Riyanto meninggal dunia pada tahun 1994 pada usia 50 tahun karena mengidap komplikasi diabetes dan liver.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.