Sebuah lagu bisa saja menjadi amat populer, namun tak banyak yang tahu siapa pencipta dari lagu tersebut. Ini pula yang terjadi dengan I Gusti Putu Gede Wedhasmara, pencipta lagu dari Bali. Lagu karya Wedhasamara dinyanyikan banyak penyanyi ternama, seperti Erni Djohan, Titik Puspa, Titiek Sandhora, dan Layla Dimyati. Namun, tak banyak yang tahu tentang pencipta lagu dari Bali ini. Sebagian karya Wedhasmara juga masih abadi hingga saat ini. Sebut saja lagu, "Senja di Batas Kota", "Berpisah di St Carolus", dan "Kau Selalu di Hatiku". Dia mengaku sudah menciptakan ratusan lagu meski tidak semuanya jadi lagu abadi, seperti tiga lagu di atas. Musisi asal Puri Batan Moning, Br. Gerenceng Denpasar tahun 1932 ini juga menulis beberapa lagu pop Bali meski jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Tema lagu Wedhasmara banyak bercerita tentang romantika. Lagunya yang berjudul "Senja di Batas Kota", misalnya, tercipta ketika dia jalan-jalan di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Dia melihat gadis muda memberikan sapu tangan pada pacarnya yang hendak berangkat perang saat Indonesia terlibat konflik dengan Malaysia.
Lagu lainnya berjudul "Berpisah di St. Carolus" bercerita tentang perpisahan antara perawat dengan pasiennya. Gara-gara lagu ini hingga sekarang Wedhasmara mendapat penghargaan dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, suatu tempat yang telah menginspirasinya membuat lagu ini.
Wedhasmara lahir dan besar di Denpasar, Bali. Darah seniman mengalir dari orang tua dan kakek neneknya yang memang penyanyi, pemahat, dan aktor gambuh (drama tradisional Bali). Dia belajar musik piano dari sekolah Belanda. Saat itu dia mulai mencipta lagu meski untuk dinyanyikan sendiri, belum direkam oleh label rekaman. Saat masih remaja, dia mendirikan band bernama Terang Bulan bersama teman-temannya, seperti Gusti Made Cakra, Mertakota and Oka Sading. Mereka semua kemudian jadi musisi ternama di Pulau Dewata.
Sejak 1940an, Wedhasmara sekolah di Yogyakarta. Di sana dia berteman juga dengan musisi ternama, seperti Gesang, Idris Sardi and Pranajaya. Dia ikut lomba menyanyi dan mencipta lagu Bintang. Dan, dia menang. Setelah itu dia makin yakin bahwa mencipta dan menyanyi adalah dunianya. Karena itu, meski sudah lulus sekolah dan sempat kembali ke Bali, bapak lima anak ini malah pergi merantau ke Jakarta. Di sana dia mengaku berteman pula dengan musisi terkenal saat itu, seperti Ismail Marzuki, Bing Slamet, dan Cornel Simanjuntak. Mereka yang sekaligus memengaruhi Wedhasamara untuk tetap berkarir di musik.
Lagu pertamanya yang direkam berjudul Kau Selalu di Hatiku dengan penyanyi Ernie Johan. Lagu ini direkam oleh Remako dan kemudian direkam ulang oleh Akurama Record. Menurut Wedhasamara, legenda hidup musik Indonesia Titik Puspa juga menyanyikan lagu karyanya ketika ini ikut Bintang Radio di Semarang dan menang. Karya Wedhasama turut mengantar Titik Puspa ke pintu popularitas.
Sejak akhir 1990-an, Wedhasamara mudik ke Bali. Pulang kampung dan tinggal di rumahnya di Banjar Gerenceng, Denpasar. Meski tak seaktif ketika di Jakarta, dia masih bergiat dalam dunia musik Bali. Misalnya mencipta lagu, mengumpulkan informasi tentang sejarah musik Indonesia, sebagai juri dalam lomba lagu pop Bali atau sejenisnya.
Berkat sumbangsihnya tersebut, tahun ini Wedhasamara juga mendapatkan penghargaan Seni 2011 dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik bersama dua orang seniman lain, yaitu almarhum Elfa Secioria Hasbullah (komponis, pencipta lagu) dan Sundari Soekotjo (penyanyi keroncong). Sebelumnya, Wedhasamara juga mendapatkan penghargaan dari Wali Kota Denpasar 2003, Gubernur Bali 2003 dan Menteri Kesehatan RI 1982.
(Dikutip dari : www.balebengong.net)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.